Beranda | Artikel
Mentadabburi Nama Allah Ar-Razzaq
Kamis, 24 April 2014

Khutbah Pertama:

إِنَّ الحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا ، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ؛ صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ .

أَمَّا بَعْدُ

مَعَاشِرَ المُؤْمِنِيْنَ عِبَادَ اللهِ : اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى ؛ فَإِنَّ مَنِ اتَّقَى اللهَ وَقَاهُ ، وَأَرْشَدَهُ إِلَى خَيْرِ أُمُوْرِ دِيْنِهِ وَدُنْيَاهُ.

Ma’asyiral muslimin, ibadallah

Sesungguhnya sebesar-besar pintu untuk mengenal, mengilmui, dan mengimani Allah Tabaraka wa Ta’ala adalah dengan mengkaji nama-nama-Nya yang Maha Indah dan sifat-sifat-Nya Yang Maha Sempurna. Allah Ta’ala berfirman,

وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا

“Dan milik Allah-lah nama-nama yang Maha Baik, maka berdoalah dengan perantaranya.” (QS. Al-Araf: 180).

هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

“Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih kepada-Nya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Hasyr: 24)

اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى

“Dialah Allah yang tidak ada sesembahan yang benar selain Dia, baginya nama-nama Yang Maha Indah.” (QS. Thaha: 8)

Ibadallah..

Salah satu pengetahuan yang sangat kita butuhkan pada hari ini adalah pengetahuan tentang bahwasanya Allah itu adalah Ar-Razzaq, Maha Pemberi Rezeki. Hal ini tanpa menafikan pengetahuan nama-nama dan sifat-sifat Allah yang lain yang bersumber dari cahaya Kitabullah dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Allah Ta’ala berfirman tentang nama-Nya Ar-Razzaq,

إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ

“Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (QS. Adz-Dzariyat: 58)

وَارْزُقْنَا وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

“Berilah kami rezeki, sesungguhnya Engkau sebaik-baik pemberi rezeki.” (QS. Al-Maidah: 114)

وَإِنَّ اللَّهَ لَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

“Dan sungguh Allah adalah sebaik-baik pemberi rezeki.” (QS. Al-Hajj: 58)

Dan masih banyak lagi ayat-ayat serupa, yang menjelaskan bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Maha Pemberi Rezeki.

Ibadallah,

Ar-Razzaq artinya ditangannyalah rezeki seluruh makhluk dan Dialah yang paling kuat memberiikan rezeki kepada para hamb-Nya. Dia lah Allah Jalla wa ‘Ala yang memberiikan rezeki kepada siapa saja yang Dia kehendaki, di tangan-Nya segala urusan, dan Dialah yang mengatur alam semesta ini. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberii rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya.” (QS. Hud: 6)

Dan Allah juga berfirman,

وَكَأَيِّنْ مِنْ دَابَّةٍ لَا تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

“Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberii rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Ankabut: 60)

Firman-Nya yang lain,

إِنَّ رَبَّكَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ إِنَّهُ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيرًا بَصِيرًا

“Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.” (QS. Al-Isra: 30)

وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Dan Allah memberii rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas.” (QS. An-Nur: 38)

Semua rezeki di tangan Allah Jalla wa ‘Ala; penghidupan seorang hamba, makanannya, minumannya, lauk pauknya, semuanya di tangan Allah Tabaraka wa Ta’ala. Dialah yang memberii dan Dia pula yang berkuasa menahan rezeki. Dialah yang melapangkan dan Dia pula yang mampu menyempitkannya. Dialah yang kuasa menurunkan rezeki dan Dia pula yang bisa mengangkatnya. Jika Dia menghendaki menjadikan suatu rezeki untuk seorang hamba, maka pasti hamba tersebut akan mendapatkannya. Namun apabila Dia menahannya, tidak ada seorang pun yang mampu memberiinya. Laa haula wala quwwata illa billah..

Ibadallah

Banyak ayat-ayat yang menjelaskan kepada kita bahwasanya Allah Ta’ala adalah Ar-Razzaq, Maha Pemberi Rezeki, dan bahwa rezeki itu berada di tangan-Nya. Namun masih saja di antara kita ada yang berharap kepada manusia, mengetuk pintu rumah orang dengan mengharap belas kasihan. Bahkan tidak sedikit yang menempuhnya dengan jalan yang haram.

Permasalahan rezeki di dalam Alquran dan sunnah dijelaskan dalam dua kedudukan.

Pertama, kedudukan rezeki sebagai pemuliaan dan kenikmatan. Banyak ayat yang menjelaskan tentang hal ini, di antaranya,

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آَدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS. Al-Isra: 70)

Kedua, rezeki sebagai sarana dakwah, ketaatan, dan perwujudan tauhid. Dalam makna yang demikian juga banyak terdapat ayat-ayat di dalam Alquran sebagai penjelasannya. Di antaranya,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ. الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ

“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa, Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 21-22)

Maksudnya adalah jangan kalian menyekutukan Allah dalam beribadah kepada-Nya, padahal kalian mengetahui bahwa tidak ada yang menciptakan dan memberii rezeki kepada kalian kecuali hanya Allah Tabaraka wa Ta’ala.

Allah menerangkan betapa batil dan buruknya perbuatan syirik seorang hamba, padahal ia telah Allah beri rezeki,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ هَلْ مِنْ خَالِقٍ غَيْرُ اللَّهِ يَرْزُقُكُمْ

“Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberiikan rezeki kepada kamu?” (QS. Fathir: 3)

Ibadallah,

Sekali lagi, rezeki itu di tangan Allah Jalla wa ‘Ala. Barangsiapa yang diberikan kenikmatan, maka itu dari-Nya. Siapa yang menerima suatu karunia, itu adalah pemberian-Nya. Dan kedermawanan adalah kedermawanan-Nya. Allah Jalla wa ‘Ala memberii rezeki kepada hamba-Nya dengan dua cara:

Rezeki yang bersifat umum dan khusus. Secara umum, Allah memberi rezeki kepada hamba secara umum, baik orang baik maupun pelaku dosa, baik yang mukmin maupun kafir. Sebagaimana ayat yang telah disebutkan sebelumnya,

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberii rezekinya.” (QS. Hud: 6)

Pemberian dalam ayat ini adalah pemberian yang umum, tidak ada satu pihak pun yang mendapatkan kekhususan. Allah berfirman,

كُلًّا نُمِدُّ هَٰؤُلَاءِ وَهَٰؤُلَاءِ مِنْ عَطَاءِ رَبِّكَ

“Kepada masing-masing golongan baik golongan ini maupun golongan itu Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu.” (QS. Al-Isra: 20)

Pemberian ini cakupannya pada pemberian makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, dan sejenisnya. Pemberian jenis yang pertama ini tidak menunjukkan bahwa Allah ridha kepada siapa yang Dia beri karena Allah memberiikan kenikmatan dunia kepada siapa yang dia cintai dan juga kepada yang Dia benci. Adapun kehidupan akhirat tidak akan Allah berikan kecuali hanya kepada mereka yang Dia cintai. Renungilah firman Allah Tabaraka wa Ta’ala berikut ini,

﴿ فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ(15) وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ﴾[الفجر:15-16]

Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku”. (QS. Al-Fajr: 15-16).

Jadi, ketika kita melihat ada seoarang yang mendapatkan karunia Allah berupa kekayaan, fisik rupawan, kendaraan yang mewah, dan kenikmatan dunia lainnya, ini bukanlah suatu pertanda bahwa Allah mencintai dan meridhainya. Dan sebaliknya ketika ada seseorang yang sempit kehidupannya; makan susah, rezeki tidak lancar, dll. ini juga bukan berarti pertanda bahwa Allah membencinya dan menghinakannya.

Kekayaan dan kemiskinan keduanya adalah cobaan (bala’) dari Allah Tabaraka wa Ta’ala untuk para hamba-Nya. Sama halnya Allah juga uji manusia dengan kesehatan dan rasa sakit. Jadi dunia ini adalah tempat ujian dan cobaan.

Ibadallah,

Kewajiban bagi seorang hamba yang beriman yang mengetahui bahwa rezeki di tangan Allah Tabaraka wa Ta’ala hendaknya tidak mengharapkan sesuatu keculi hanya kepada Allah, baik itu rezeki yang sifatnya umum atau yang bersifat khusus.

Rezeki yang bersifat khusus adalah rezeki yang hanya diperuntukkan untuk orang-orang yang beriman, yaitu berupa anugerah rezeki keimanan, hidayah ketaatan, tetap teguh memegang tauhid dan kebenaran, dan rezeki-rezeki lainnya yang dikhususkan hanya untuk hamba-hamba Allah yang beriman. Hamba yang bertakwa akan berharap kepada Allah dalam setiap perkara.

Sebesar-besar karunia Allah yang patut kita harapkan adalah ketakwaan dan keimanan. Ini adalah asas dari semua kebaikan. Allah Ta’ala berfirman,

﴿ وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ﴾ [الطلاق:2-3

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberiinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. Ath-Thalaq: 2-3).

فَالَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ

“Maka orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia.” (QS. Al-Hajj: 50)

Ibadallah,

Kesimpulan dalam permasalahan ini adalah wajib bagi kita untuk berharap kepada Allah, jujur dari hati kita dan menjauhi segala bentuk dosa dan kemaksiatan. Karena dosa dan kemaksiatan akan menghilangkan kenikmatan dan rezeki, malah mendatangkan bencana dan musibah. Tidaklah musibah turun dan kenikmatan terangkat kecuali dikarenakan perbuatan dosa. Ali bin Abi Thalib mengatakan,

مَا نُزِلَ بَلَاءُ إَلَّا بِذَنْبٍ، وَمَا رُفِعَ إِلَّا بِتَوْبَةِ

“Tidaklah bencana itu turun kecuali dikarenakan dosa, dan ia tidak akan terangkat melainkan karena taubat.”

Allah Ta’ala berfirman,

مِمَّا خَطِيئَاتِهِمْ أُغْرِقُوا فَأُدْخِلُوا نَارًا

“Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka.” (QS. Nuh: 25)

Yakni disebabkan dosa-dosa kalian, kalian di akhirat mendapatkan musibah di akhirat kelak.

Firman-Nya,

فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ

“Dan masing-masing Kami adzab karena perbuatan dosa mereka.” (QS. Al-Ankabut: 40)

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka” (QS. Ar-Rum: 41)

Oleh karena itu, wajib bagi kita untuk bertaubat kepada Allah dengan taubat yang murni, taubat dari segala dosa dan kesalahan kita. Kita hadapkan diri kita kepada Allah sebagai orang-orang yang kembali dan beriman kepada-Nya. Allah Tabaraka wa Ta’ala akan memberi anugerah kepada hamba-hamba-Nya yang shaleh dengan kemulian, fadilah, dan rezeki-Nya karena Dialah Ar-Razzaq, Maha Pemberi Rezeki.

Kita memohon kepada Allah agar Dia mencintai kita semua dengan memberiikan kita taufik-Nya, menunjuki kita ke jalan yang lurus, dan memberikan kita rezeki.

أَقُوْلُ هَذَا القَوْلَ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ يَغْفِرْ لَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ.

Khutbah Kedua:

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَظِيْمِ الإِحْسَانِ، وَاسِعِ الفَضْلِ وَالجُوْدِ وَالاِمْتِنَانِ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ محمداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ؛ صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ ، أَمَّا بَعْدُ عِبَادَ اللهِ : اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى

Ibadallah

Barangsiapa yang mengimani bahwa Allah adalah Ar-Razzaq, rezeki hanya di tangan Allah, dan bahwa tidaklah seseorang wafat kecuali telah ia dapatkan secara sempurna rezeki yang telah ditetapkan untuknya sebagaimana yang telah Allah takdirkan, orang yang memiliki keimanan dan keyakinan demikian, maka dia akan sangat jauh dari perasaan berputus asa dari rahmat Allah. Kualitas keimanan yang demikian akan membawa seorang hamba hanya berharap rezeki dari Allah dan tidak kepada selain-Nya.

Seorang hamba yang senantiasa menengadahkan tangannya ke langit berharap hanya kepada Allah, menunjukkan hati yang penuh kejujuran kepada-Nya, penuh dengan kepercayaan bahwa Allah tidak akan mengecewakannya selama-lamanya, niscaya doanya akan Allah ijabah dan tidak akan tertolak.

Berbuat ihsanlah wahai hamba Allah, gantungkan harapan kepada Allah, kokohkan rasa percaya pada-Nya, terbangkanlah angan-angan harapan di sisi-Nya, karena sesungguhnya Allah Jalla wa ‘Ala Maha Luas karunia-Nya dan sangat mudah memberi. Dia tidak akan mengecewakan mereka yang menyeru-Nya, juga tidak akan menolak orang yang memanggil-Nya, karena Dia telah berfirman,

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku.” (QS. Al-Baqarah: 186)

Dalam memohon kepada Allah hendaknya kita tidak melupakan sebab-sebab terkabulnya doa, kesungguhan dalam meminta, dan mengusahakan cara-cara yang dibolehkan oleh Allah Tabaraka wa Ta’ala. Allah berfirman,

فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ

“…maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya…” (QS. Al-Mulk: 15)

Sambil berusaha kita tidak lupa untuk memanjatkan doa kepada-Nya.

فَابْتَغُوا عِنْدَ اللَّهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوهُ وَاشْكُرُوا لَهُ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

“…maka mintalah rezeki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya-lah kamu akan dikembalikan.” (QS. Al-Ankabut: 17)

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَنَا أَجْمَعِيْنَ ، اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَنَا أَجْمَعِيْنَ ، اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا أَحْوَالَنَا أَجْمَعِيْنَ ، اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا اَلَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا ، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا اَلَّتِي فِيْهَا مَعَاشُنَا ، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا اَلَّتِي فِيْهَا مَعَادُنَا ، وَاجْعَلْ الحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ ، وَالمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ ، اَللَّهُمَّ ارْفَعْ عَنَّا الغَلَاءَ وَالوَبَاءَ وَالمَحَنَ كُلَّهَا ، وَالْزَلَازِلَ وَالفِتَنَ مَا ظَهَرَ مَنْهَا وَمَا بَطَنَ ، اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا ، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَلَامِ ، وَأَخْرِجْنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُوْرِ ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَأَقْوَاتِنَا وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَاتِنَا وَاجْعَلْنَا مُبَارَكِيْنَ أَيْنَمَا كُنَّا ، اَللَّهُمَّ أَعِنَّا وَلَا تُعِنْ عَلَيْنَا ، وَانْصُرْنَا وَلَا تَنْصُرْ عَلَيْنَا، وَاهْدِنَا وَيَسِّرْ الهُدَى لَنَا ، وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ بَغِى عَلَيْنَا ، اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا لَكَ شَاكِرِيْنَ ، لَكَ ذَاكِرِيْنَ ، إِلَيْكَ أَوَّاهِيْنَ مُنِيْبِيْنَ ، إِلَيْكَ مُخْبِتِيْنَ ، لَكَ مُطِيْعِيْنَ ، اَللَّهُمَّ اهْدِ قُلُوْبَنَا، وَأَجِبْ دَعْوَتَنَا ، وَتَقَبَّلْ تَوْبَتَنَا ، وَثَبِّتْ قُلُوْبَنَا ، وَاسْلُلْ سَخِيْمَةَ صُدُوْرِنَا ، اَللَّهُمَّ اهْدِنَا إِلَيْكَ صِرَاطًا مُسْتَقِيْمًا ، اَللَّهُمَّ وَفِّقْنَا لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ المُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءَ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ.

اَللَّهُمَّ يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ، يَا رَزَّاقُ يَا مَنَّانُ يَا وَاسِعَ الجُوْدِ وَالعَطَاءِ وَالإِحْسَانِ اَللَّهُمَّ إِنَّا نَتَوَجَّهَ إِلَيْكَ بِاسْمِكَ الرَزَّاقُ وَبِأَسْمَائِكَ الحُسْنَى كُلِّهَا وَصِفَاتِكَ العُلْيَا أَنْ تَرْزُقَنَا وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ ، اَللَّهُمَّ ابْسُطْ عَلَيْنَا مِنْ أَبْوَابِ جُوْدِكَ وَمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَعَطَائِكَ مِنْ حَيْثُ لَا نَحْتَسِبْ ، اَللَّهُمَّ ارْزُقْنَا ، اَللَّهُمَّ ارْزُقْنَا ، اَللَّهُمَّ ارْزُقْنَا.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى محمد وَعَلَى آلِ محمد كَمَا صَلَيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ ، وَبَارِكْ عَلَى محمد وَعَلَى آل محمد كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلى آل إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ وَارْضَ عَنْ أَصْحَابِ نَبِيِّكَ أَجْمَعِيْنَ ، وَعَنْ التَابِعِيْنَ وَمَن تَبِعُهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ ، وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ .

Diterjemahkan dari Khotbah Jumat Syaikh Abdurrozaq bin Abdul Muhsin al-Abbad

Oleh Tim KhotbahJumat.com
Artikel www.KhotbahJumat.com

Print Friendly, PDF & Email

Artikel asli: https://khotbahjumat.com/2585-mentadabburi-nama-allah-ar-razzaq.html